“asli” kah jilbabmu ini??

pernah ditanya kepada saya, tentang makna konsisten itu. sebenarnya apakah bentuk dari konsistensi yang ada, bilamana seseorang yang telah mencurahkan seluruh jiwa raga, memegang suatu tali yang erat untuk melaksanakannya dengan sebenar-benar ketulusan?

saya teringat, apa pun capaian yang orang inginkan, maka i’tikad awalnya lah yang menentukan. niat memang mempengaruhi amal perbuatan. suatu esensi yang teruji, tiada terbantahkan bagi banyak orang, dan terbukti dalam kehidupan nyata.

suatu singgungan pernah dilemparkan pada saya, mengenai pandangan saya tentang jilbab, dan tren berjilbab. sungguh, bukanlah pakar yang patut diberi pertanyaan tersebut! saya lantas bertanya, perihal pertanyaan tersebut, dalam lingkup apa akan tertuju?

mengenai esensi dari konsisten, sungguh indah bilamana jilbab yang para wanita kenakan adalah asli dan murni, dari i’tikad baiknya karena kesadaran diri dan bukan lagi sebagai suatu “kewajiban” saja, namun suatu “keperluan sehari-hari” yang tiada tertinggalkan. namun, bila disoroti tentang hati di balik semua orang, mana saya tahu. alasan untuk berjilbab pun mana saya tahu. karena semua orang punya jawabannya sendiri. semua punya kepentingan masing-masing.

realita menjawab, yang mengikuti tren, maka hanya tren lah pencapaiannya. tiada hakiki benar. bila hanya sebagai pelimpah rasa frustasi belaka, dari masalah duniawi, maka hanyalah begitu saja. aurat mereka benar telah terlindungi… namun apakah hati mereka juga terjilbabkan?

Bagi saya, semua orang bisa leluasa memakai jilbab. itu pun bisa sebagai kamuflase yang sempurna. namun, apakah berarti dia mampu memaknai arti jilbab ini, sebagai hijab mereka agar senantiasa dimuliakan? semboyan perdagangan pun muncul, “DO NOT ACCEPT IF SEAL IS BROKEN”. Berpakaian, namun tanpa hijab, seperti itu kah?

tentu saja, semua orang membantah, “lha wong saya berjilbab sudah lama, sama tahu akan maknanya”. semua orang bisa saja berkata, “saya kan baru belajar”. silahkan, anda belajar dari ahlinya. bisa jadi dari ahli trendsetter atau kah dari ahli yang mumpuni. toh ini cuman ada adanya saya saja.

tetapi mungkin bila kejadian seperti ini terjadi:

seorang berjilbab, kemudian berpacaran. suatu saat tiada hijab diantara mereka, dimana mereka berada dalam keadaan berdua, maka kemudian tiba-tiba semoga tidak terjadilah perbuatan yang diluar akal sehat manusia. tentu saja bila dilihat dari pandangan kasat mata, dia masih sama dengan orang lain, namun secara fisiologis, dia bukanlah dia yang dulu. dan waktu tiada berputar balik. akhirnya?……

silahkan anda sadari, bisa jadi kejadian diatas benar-benar adanya. saya tidak akan menjawab akan terjadi dimana, bisa jadi di jalan, bisa di mobil, bisa di penginapan, atau mungkin bisa saja di warnet?

saya hanya berpesan:
“berjilbablah sesuai syariat”

apakah itu? tanyakan lah pada ahlinya 😀
——————————————————————————————

berikut adalah tanggapan dari teman-teman di friendster:

ketika jilbab hanya menjadi tren busana. inilah yang disebut berpakaian tapi telanjang. hijab yang benar adalah menutupi semua aurat tubuh (baik kulit maupun lekuk tubuh) kecuali wajah dan telapak tangan. (by Budi Susilo)

jilbab yang bener, adalah jilbab yang shar’iy. seperti di tulis mas budi diatas.

kl cuman kerudung yang nutup sebagian kepala, itu lebih disebut “kerudung” saja.

kata jilbab kan merujuk ke seluruh pakaian ya, bukan hanya kain kerudung itu doang, IMHO 😀 (Bang Hideyoshi)

26 Tanggapan to ““asli” kah jilbabmu ini??”


  1. 1 klikharry Juni, 17, 2007 pukul 7:11 am

    emang sifat manusia bisa dinilai dari jilbabnya?

  2. 2 somet Juni, 17, 2007 pukul 8:08 pm

    IMHO, memang perlu dibedakan antara jilbab dan kerudung.
    Jilbab itu menutup aurat, lekuk tubuh seorang wanita itu juga aurat, bukan hanya kepala.
    IMHO, banyak yang ngga paham and menganggap kerudung itu jilbab.
    Dan saya lebih menghargai orang yang tak berkerudung tapi berpakaian sopan, dari pada orang berkerudung atau kata mereka “berjilbab” tapi pustan (pusarnya keliatan) or patan (pakaian transparan).
    marii…. 🙂

  3. 3 kakilangit Juni, 18, 2007 pukul 4:31 am

    dari dulu sampe nantipun jilbab pasti bakal jadi polemik. mo gak mau emang gak bisa dielak, kalo jilbab itu punya nilai fashion tersendiri. sehingga banyak orang yang make jilbab karena mengikuti trend fashion. Bgaimanapun Allah lebih tahu bagaimana membuat makhluk halusnya yang bernama wanita itu kelihatan lebih indah. ya salah satunya dengan jilbab itu.

    sepakat dengan mbak sinobi. hendaknya wanita itu kalo make jilbab, karena niatan untuk menegakkan syariat. masalah itu dia jadi tambah keren, itu efek samping aja 😀

  4. 4 shinobigatakutmati Juni, 18, 2007 pukul 5:15 am

    @ klikharry: hmm….

    @ somet: trims atas kedatangannya. hmm, btw bang somet bila diminta pilih diantara kedua ini, akan milih mana antara milih patan atau pustan? hehehe

    @ kakilangit: thanks atas kedatangannya ^ ^ btw, ane bkn “mbak” loh ^ ^”

  5. 5 Ifa Juni, 18, 2007 pukul 7:31 am

    Hmm.. kalo menurut Yus, saya nih berjilbab ato berkerudung? hehehe..
    Sedikit cerita ya, saya berjilbab udah sejak klas 3 SMA brarti sekitar 7 taon lalu, awalnya dulu ndak niat2 amat dan memang dikompor2-i sama temen..
    Yus tau sendiri kan ya.. kelakuan saya kadang masih minus hehehe.. pernah ada seorang temen bilang ´buat apa pake jilbab kalo kamu masih ugal2-an kayak gitu¨
    Tapi IMHO,saya tetep pakai jilbab tujuannya untuk mengingatkan,
    kalo lagi kumat bandelnya, jadi keinget pake jilbab kok kelakuan masih minus.
    Jadi jilbab bisa dijadikan untuk menjaga diri.

  6. 6 Rizma Juni, 18, 2007 pukul 7:38 am

    Hmm,,

    Ma sih sekarang jadiin jilbab sebagai kebutuhan,, Ma malah ga bisa lagi keluar ga pake jilbab, ga pake kaos kaki aja risih,, (ampe temen temen Ma ikutan repot)

    @ kak Harry

    Menurut Ma sifat orang orang memang ga bisa dinilai dari penampilan luar, tapi dari cara memperlakukan dan mengamalkan sesuatu,,

    apa berjilbab = suci,,? jelas ngga

    yang pasti usaha berjilab (jilbab beneran lho,,) = berusaha memenuhi request-nya Yang Tercinta

    @ somet

    Ma juga bingung,, sebenernya yang baik itu gimana, masalahnya Ma pribadi begitu milih buat pake jilbab, ya pake jilbab, bukan baju biasa + tutup kepala,,

    tapi mungkin kalo ada orang yang pake kaya gitu dengan alesan masi belajar, mau gimana lagi,, toh kewajiban kita sampe ngingetin mereka kan,,

  7. 7 mina Juni, 18, 2007 pukul 9:07 am

    hm, manusia itu kan tak sempurna. Tidak bisa dikatakan bahwa “setiap wanita berjilbab itu baik sikapnya”, karena memang pada kenyataannya tidak demikian.

    Memang susah ya. Wanita berjilbab biasanya diidentikkan dengan ‘baik-baik’, sehingga apabila melakukan satu kesalahan saja maka dicaplah dia “kok berjilbab gitu sih?”. Dan pada orang-orang tertentu yang sentimen, mereka men-generalisir bahwa semua wanita berjilbab itu punya sikap seperti itu. Dan selalu curiga serta tak mempercayai lagi wanita berjilbab.

    Dan, memang, yang saya rasakan sebagai orang yang berjilbab, menjaga diri agar sesuai dengan ‘ke-jilbaban’ saya ini sungguh tak mudah. karenanya yang penting adalah proses. kita tak boleh menjadi putus asa karenanya (jika masih banyak mellihat wanita berjilbab tapi sikapnya tak sesuai).

    kita harus terus dan tetap belajar. jika ada wanita yang seperti itu (berjilbab tapi tak rapi dan sikapnya tak sesuai), bukannya harus di kritik keras atau dimarahi, namun diingatkan supaya bisa lebih memperbaiki diri.

    mari kita sama-sama memperbaiki diri kita.

  8. 8 ahmadsarwat Juni, 18, 2007 pukul 5:02 pm

    Budaya daerah yang tidak islami dan mengumbar aurat wanita sudah saatnya di museumkan dan dilarang.
    ‘assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Budaya Tradisional Indonesia merupakan budaya terkebelakang dan berasal dari pengaruh agama Budha, Hindu dan rekayasa kolonial Belanda.

    Karena di dalam Islam tidak mengenal istilah kompromi. Di Al Quran dan Al Hadiths jelas dikatakan bahwa Aurat bagi para wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tanganya. Tidak ada caralain kecuali kita memerintahkan syariat Islam agar memaksa setiap perempuan untuk memakai jilbab sebagaimana mestinya agar mereka tidak mengumbar auratnya kepada siapa saja yang bukan muhrimnya. Khilaf Para Ulama Tentang Batasan Aurat Wanita Sebenarnya kalau mau lebih diperdalam lagi, masih bisa kita dapati beberapa perbedaan sederhana dari pandangan para ulama tentang batasan aurat wanita. Beberapa di antaranya yang dapat kami sebutkan di sini antara lain:

    a. Mazhab HanafiyahMenurut mazhab ini, batas aurat wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali bathinul kaffaini (bagian dalam tapak tangan) dan dzahirul qadamaini (bagian luar tapak kaki).

    b. Mazhab MalikiyahDalam mazhab ini ada dua macam aurat, yaitu mughalladzah (berat/besar) dan mukhaffafah (ringan/kecil). Aurat mughalladzah batasnya antara pusat dan lutut. Sedangkan aurat mukhaffafah antara seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua tapak tangan luar dan dalam.

    c. Mazhab Asy-Syafi’iMenurut mazhab ini, batas aurat wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangan, dzhahiruhma wa bathinuhuma. Maksudnya yang bukan termasuk aurat adalah wajah dan kedua tapak tangan baik bagian dalam maupun bagian luar.
    Ketua Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Fauzan Al-Anshari menegaskan, RUU APP dibuat dalam rangka memenuhi keinginan umat Islam

    “RUU APP yang selama ini diperjuangkan adalah dalam rangka Islamisasi, karena batasan aurat secara Islam adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, ” jelasnya usai bertemu dengan anggota pansus RUU APP di Gedung DPR RI Jakarta, Rabu (15/03)Bahkan menurut ketua Majelis Mujahidin Indonesia, menurutnya, sebaiknya dalam RUU tersebut sangsi terhadap penyebar dan pelaku pornografi dan pornoaksi dipertegas, berupa hukuman cambuk seperti yang berlaku di Aceh dan Singapura. Sehingga menimbulkan efek jera bagi pelakunya. “Secara implisit, saya sudah sampaikan kepada tim perumus, bahwa hukum cambuk itu seharusnya dimasukan sebagai sangsi. Ini dilakukan dalam rangka menerapkan syariat Islam, dan untuk menimbulkan efek jera,Terutama untuk kaum wanita agar merasa jera ketika mereka menyebar auratnya sebab di Singapura juga diterapkan, ” katanya

    Dangkalnya Pengetahuan Agama Quraish Shihab

    Perbedaan pandangan tentang batasan aurat wanita antara Quraish Shihab dengan ulama lainya adalah hal yang wajar. Kalau kita melihat latar belakang pendidikan dan disiplin ilmunya, sebenarnya dia bukan lulusan dari fakultas syariah. Jenjang S-1 dan S-2 beliau dari fakultas ushuluddin jurusan tafsir hadits. Jenjang S-3 beliau di bidang ilmu-ilmu Al-Quran. Meski banyak bicara tentang Al-Quran, namun spesialisasi beliau bukan ilmu fiqih. Bahkan buku tulisan beliau pun tidak ada yang khusus tentang fiqih. Ilmu yang tertanam di benak beliau kebanyakan beraliran Pancasila, Liberalis dan Sekularis.

    Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc

    • 9 Puskas Juni, 6, 2012 pukul 10:39 am

      Pa Ust. yg terhormat,

      Saya mau tanya, apakah pakaian adat Sunda, Jawa, Batak dll tidak sopan & mengumbar aurat wanita….? Kalau ya, kenapa pemerintah Indonesia tidak melarang atau menghapus budaya busana tradisional ini..? Kalau tidak, mengapa wanita berjilbab sekarang sepertinya enggan dan kurang bangga menggunakannya…? Busana tradisional kita banyak yang anggun, sopan dan berbudaya. Itulah warisan peninggalan berharga orangtua kita dulu yg merupakan bentuk kekayaan & keanekaragaman Bhinneka Tunggal Ika……”Bangsa yang BESAR ialah, bangsa yang TAHU MENGHARGAI Sejarah, Budaya & Para Pendahulunya…….” Trimakasih.

  9. 10 Rizma Juni, 18, 2007 pukul 11:36 pm

    @ Ahmad Sarwat

    wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh ustad..

    entah apapun pandangan ustad mengenai jilbab dan keharusannya, saya rasa bukanlah hal yang baik untuk menyerang dan merendahkan Quraish Shihab secara pribadi,, kalaupun akan diserang, seranglah pemikirannya, bukan asal usulnya,,

    saya yakin Rasulullah juga tidak mengajarkan umatnya untuk memperburuk citra saudaranya,,

    Terima kasih,,

    Karena di dalam Islam tidak mengenal istilah kompromi

    wah,,

    *speechless*

    Salam,

  10. 11 Aday Juni, 20, 2007 pukul 12:31 am

    Haduh,,,,lagi2 masalah jilbab…Dah bosen ah bahasnya

  11. 12 Rizma Juni, 20, 2007 pukul 4:00 pm

    gapapa kali,, siapa tau ada manfaatnya buat yang lain,,

  12. 13 Aday Juni, 21, 2007 pukul 3:37 pm

    iya sih,,,,tp klo inget pas ada yg nulis pendapatnya ttg jilbab tp yg komen pada bernafsu membunuh tu jadi males rasanya…
    Tau to sapa yg dimaksud dgn si penulis ttg jilbab itu??Hehe…

  13. 14 shinobigatakutmati Juni, 21, 2007 pukul 4:04 pm

    thanks atas komennya semua ^ ^

    hehehe, sebenarnya tulisan ini sekedar curahan hati saja. yah, sebenarnya bisa dibilang masalah pribadi sih. karena dulu saya jujur punya banyak teman putri (akhwat-> berjilbab) yang rasanya berbeda sekali dari awal berkenal (masa smp) sampai sekarang. mereka sepertinya bergaul tanpa ada suatu “batasan” saja, bahkan layaknya seperti teman-teman saya yang biasa-biasa saja: mereka “pacaran” (yang mungkin notabene banyak yang tidak menyetujui cara ini). padahal saya akui, yang demikian tersebut lebih dalam pengetahuan agamanya (dalam artian mereka pernah mengenyam pendidikan di ponpes/ madrasah ditangani oleh ustadz2x mereka) dibandingkan saya.

    mungkin disinilah saya ingin mengetahui, sebenarnya makna jilbab itu seperti apa? karena yang saya ketahui, dari seorang akhwat juga, pernah bilang bahwa dengan berjilbab maka dia itu ada tanggung jawab untuk konsisten dengan pendiriannya.

    kalau dijawab: yah namanya juga manusia…. lumrah saja sih… langsung clear masalahnya. namun bukan begitu pencapaiannya. setidaknya toh tanya langsung pada yang pernah atau yang juga menggunakan jilbab akan lebih mudah atau yang ahlinya (semoga saja ungkapan yang dibahas tidak sebegitu “tajam” yah, karena yang saya ingin tujukan adalah sharingnya saja bukan lantas saling beradu argumen. toh tulisan ini bukanlah bernada satire atau apapun juga) ^ ^

    begitu? 🙂

  14. 15 mina Juni, 23, 2007 pukul 7:26 am

    makna jilbab seperti apa?

    tentu itu tergantung dari orangnya juga. Memang tidak bisa dikatakan kalau dengan hanya menjawab, “yah, namanya juga manusia…”, lantas persoalan menjadi clear.

    Namun, bagi saya, makna jilbab yang sebenar -benarnya adalah salah satu bentuk terjemahan saat saya mengakui islam sebagai agama saya. sebab sudah jelas, dalam islam, Allah SWT mewajibkan para muslimah untuk menutup auratnya secara sempurna.

    Islam yang ‘kaffah’, keseluruhan aturannya harus dijalankan.

    dan tentu saja, tidak semata -mata Allah memerintahkan muslimah u berjilbab melainkan di dalamnya terkandung segala kebaikan. Ya, saya bahwa saat saya diperintah untuk memakai jilbab, itu karena Allah SWT begitu mencintai saya.

    dan apa yang saya pahami ini tak cuma datang langsung tanpa proses. saya mengalami berbagai perjalanan panjang sampai pada ‘melepas jilbab’, hingga akhirnya saya mencintai kembali jilbab dan ingin berusha konsisten. menyeimbangkan prilaku sya dengan apa yang sya pakai.

    Namun, apabila ada muslimah berjilbab namun sikapnya masih menyimpang dari jilbab nya itu, lantas apa kita boleh memarahi dan menghujatnya? tentu tidak.
    ya, kita tau bahwa itu tidak tepat. namun teguran itu harus disampaikan dengan bijak dan tepat agar tidak menyakiti hati yang bersangkutan. dan teruslah ajak dia pada kebaikan. dan juga teruslah mendoakannya, semoga dia -yang notabene adalah saudara kita, segera menyadari kekhilafannya dan memperbaiki kesalahannya.

  15. 16 fR3dDy Juni, 25, 2007 pukul 2:40 pm

    Kenyataan yang terjadi perempuan yang berjilbab karena *trend* disebut dengan *wanita* dan berjilbab karena *agama* disebut *akhwat* . Bedanya : *wanita* terkesan fleksibel dan *akhwat* terkesan *kaku* . Perbedaan pandangan tersebutlah yang tidak dimengerti sebagian orang jaman ini tentang hakekat jilbab untuk *kesempurnaan wanita*.

    Postingan yang keren
    🙂 salam kenal 🙂

  16. 17 shinobigatakutmati Juli, 17, 2007 pukul 9:40 am

    salam kenal juga fR3dDy ^^

    thanks atas komennya :3

  17. 18 tegar nusa September, 28, 2007 pukul 4:53 am

    Bagiku, jilbab itu fashion aja .Kalo ada yang menghubungkan jilbab dgn syariat ya gak apa-apa, semua sah-sah aja. Gusti PAngeran tidak ribut kok, Kanjeng Gusti Maha tahu, yang ribut itu manusianya.

    Gusti Alloh itu melihat keshalehan sosial, bukan baju yang jadi ukuran.

    Keributan baju itu mbok diakhiri aja, kita sibuk banget ngurusi kulit, hakekat agama ditinggal.
    Lihat bangsa-bangsa yang sekarang maju itu karena pengetahuan mereka bagus, dan pengetahuan moral mereka juga sangat maju pesat.-

    salam

  18. 19 yanti Januari, 6, 2008 pukul 12:05 pm

    Menurut saya jilbab itu makna se0rang muslim.Jadi kita harus memakai jilbab..Apakah kita harus memakai jilbab setiap saat??ya walaupun kita harus memakai jilbab tetapi tidak u/ setiap saat..Misal’y saat Kita tidur..Kalau kita ke luar dari rumah itu,kita harus menutup aurat..Salam SMP PGRI 1 SERANG

  19. 20 Yanti Januari, 6, 2008 pukul 12:24 pm

    Menurut saya jilbab adalah makna seorang muslim..Banyak yang bertanya,apakah jilbab harus di pakai setiap saat?????Ya….Walaupun jilbab harus di pakai bukan berarti harus di pakai setiap saat,,ya misal nya saat kita mau ke luar rumah,kita harus memakai jilbab..Dan ketika kita tidur itu tidak di wajibkan memakai jilbab…Salam dari~ Yanti ~ SMP PGRI 1 SERANG..

  20. 21 shinobigatakutmati Januari, 6, 2008 pukul 7:28 pm

    @tegar nusa: bisa juga 😛
    @yanti: oh ya, klo di dalam rumah rata2x juga tidak dipakai ya, apa karena sudah muhrimnya? ^^

  21. 22 fani chrisma w. Februari, 7, 2008 pukul 9:48 am

    Assalamualaikum wr.wb

    Menyesal sekali setelah mengetahui bahwa banyaknya wanita berjilbab berjoged di televisi untuk mendapatkan uang 250 ribu. tidak malu – malu mempertontonkan dirinya sendiri dengan kaus ketat. yang MasyaAllah tidak dapat saya gambarkan lagi.

    banyak versi berjilbab, diantaranya yang sudah Anda sebutkan tadi.
    Jangan kata wanita tidak ada ujian saat telah berjilbab, sungguh, jika menjadi laki – laki, saya lebih bebas memakai pakaian apa saja.

    kita tidak boleh memandang satu sisi, ada salah satu teman saya yang dulu berjilbab tapi ternyata untuk masalah pekerjaan akhirnya dia lepas kembali. dulu saya berpikir, tidak apa – apa kau lepas, asal jangan sampai melepas ikatan suci dengan jilbabmu ketika berhubungan dengan orang lain yang maksundya berpacaran. pertama, dia menyetujuinya. lama kelamaan dia pun tersadar dari penyembunyiaanya selama ini. bahwa berjilbab menimbulkan kekurangan hal ekonomi, jodoh dan masa depan.

    saya hanya tersenyum saja mendengar curhatannya seperti itu, tapi saya tidak menyalahkan. karena itu dapat menjadi satu bahan intropeksi diri saya sebagai seorang muslimah yg belum seratus persen dikatakan baik. karena masih belum ada tiga tahun berjilbab. namun, saya tetap menjaga prinsip. beberapa bulan yang lalu saya ditawari pekerjaan, dan saya dipengaruhi agar tidak memakai jilbab, akhirnya saya di rumah merenung, dan bertanya, apakah jilbab itu? kemudian saya memakai kembali baju biasa bukan jilbab atau kaos dan mulai mengaca di cermin, memandangi diri, sepertinya masa lalu saya terkuak kembali, di mana gambaran diri saya yang masih centil dan terlihat norak tanpa jilbab, akhirnya, saya ganti baju saya dengan jilbab dan tidak mau menerima tawaran kerja apapun. saya seorang penulis, biarpaun gaji kecil dan tidak setiap bulan. namun, saya harus berterima kasih pada Allah Swt atas cermin yang selalu memperlihatkan pada saya, bahwa masa lalumu jangan diulang kembali.

    thanks to Allah and my Jilbab, I love You so Much. my big Jilbab, yg melindungi saya dari siapapun.

    wassalam

  22. 23 Renny Oktober, 15, 2008 pukul 12:04 pm

    saya nyesal baca komentar org yg ngaku ust ahmad sarwat…gak mutu banget menjelek-jelekkan Quraish Shihab
    emang dia pikir dia siapa.??????????????????
    itulah contoh ust zaman sekarang belum apa-apa sudah merasa benar sendiri…ngaca dong ngaku ustat tapi jelekin orang lain
    emang lho itu pintar apa begooo??????

  23. 24 yusuf Januari, 21, 2009 pukul 5:08 am

    orang yang telah mengucapkan kalimat syahadat harus tahu makna kalimat tersebut, selain itu orang tersebut harus menerima konsekwensi untuk mendengar dan taat perintah dari Allah, RosulNya dan senantiasa menjauhi semua laranganNya. termasuk jilbab ini lo!!!!

  24. 25 ariez Desember, 14, 2011 pukul 9:24 am

    yaahhh,…klo’ mkx jilbab tuh berarti sesuai syariat dong…!!!
    Ehmm., islam is my choice


  1. 1 “yah, namanya juga MANUSIA,.” so what..???!! « […it’s just saRa…] Lacak balik pada Juni, 23, 2007 pukul 7:50 am

Tinggalkan Balasan ke kakilangit Batalkan balasan




rodi rodi

Juni 2007
M S S R K J S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
Dengan bangga menjatakan bahwa Shinobi adalah:

haruhiism

another artwork:

my photobucket